assalaamu’alaykum, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya kepada kita semua, setelah tadi malam dihebohkan dengan gempa bumi yang cukup terasa di sebagian wilayah selatan pulau Jawa.
postingan kali ini adalah tentang sebuah permainan, sebut saja perosotan iman. kenapa bisa disebut perosotan iman? karena yang telah kita ketahui bersama, iman adalah sesuatu yang fluktuatif, selalu naik turun.
yang membuat sedih adalah, ketika kita sadar iman sedang melemah, namun diri tiada segera berbenah.
sering mengalami hal demikian?
ketika gempa datang, ramai postingan ini itu mengenai tanda-tanda akhir zaman, kemudian sadar beberapa menit yang lalu masih maksiat, masih menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, masih mengejar sesuatu yang tidak bernilai di akhirat… kemudian, ketika ingin segera berbenah, sudah terbawa suasana postingan sosial media, berjanji akan taubat… tiba-tiba ada teman datang, mengajak bercanda, melebihi batas, kemudian kita terbawa suasana yang diciptakan oleh teman, hingga lupa bahwa tadi sudah berniat untuk taubat, dan meninggalkan segala keburukan yang pernah dijalani.
maka di situ lah yang namanya perosotan iman, ketika kita susah payah menaiki tangga satu per satu untuk mencapai puncak keimanan, tiba-tiba saja kita bisa merosot dengan mudahnya karena kita lengah.
nanti Allah hadirkan teguran lagi, mulai sadar lagi, namun ketika kita akan beranjak, ada teman yang masih saja mengajak untuk lebih menikmati hidup dengan cara yang sebenarnya kita tau itu tidak baik, tetapi kita tidak kuasa menolaknya.
pernah merasakan hal seperti itu?
jika iya, atau mungkin justru saat ini sedang merasakan se-lemah-lemah-nya iman, yuk kita sama-sama berbenah. selagi masih ada waktu, dan mumpung inget kan… nunggu apa lagi?
hijrah mulai dari mana? dari memperbaik sholat kita.
sebab Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
setelah kita mulai memperbaik sholat, kita harus bisa tegas dengan pertemanan kita, kalau memang kita tau tidak ada manfaat yang bisa didapat, ya kurangi intensitasnya, batasi aktivitas bersamanya. kita cari teman yang lebih baik, yang dalam bercandanya pun ada ilmu yang bisa kita dapat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan petunjuk kepada kita agar senantiasa memilih teman-teman yang shalih dan waspada dari teman-teman yang buruk.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
semoga bermanfaat.
sampai, jumpa.
-kirahfz